Kasih Ibuku
Ibuku cemas ketika kecil aku dipatok ayam. Diobatinya luka-lukaku dengan
obat merah dan dibimbingnya aku ke tempat tidurku.Begitu juga ketika
aku mengalami kecelakaan-kecelakaan kecil lainnya yang tak dapat kuingat
lagi berapa kali karena begitu seringnya. Kenakalan-kenakalan kecilku
kerap menyusahkan ibu.
Saat aku susah, aku telepon ibuku cuma untuk mendengar suaranya bicara. Seumur hidupku baru sekali aku mengadukan masalah pada beliau. Aku lebih sering menelannya sendiri. Aku cuma ingin mendengar suaranya bicara dan aku menahan sesak di dada dari jauh. Itulah caraku mengadu saat susah.
Hingga kini, sampai aku telah cukup tua ini, aku tak tahu apa yang mungkin pernah membanggakannya yang telah kulakukan. Aku cuma pernah melihatnya cukup bersemangat saat aku wisuda sarjana dulu. Selain itu aku tak sempat mengamatinya.
Saat-saat ingat ibu, yang sering terkenang di pikiranku adalah bahwa aku lebih sering menyusahkannya daripada membuatnya senang. Begitu banyak pelajaran yang beliau ajarkan, petuah yang diberikan, kasih sayang yang dilimpahkan, serta pengorbanan yang dilakukan. Maafkan aku ibu. Aku belum pernah membanggakanmu.
Saat aku susah, aku telepon ibuku cuma untuk mendengar suaranya bicara. Seumur hidupku baru sekali aku mengadukan masalah pada beliau. Aku lebih sering menelannya sendiri. Aku cuma ingin mendengar suaranya bicara dan aku menahan sesak di dada dari jauh. Itulah caraku mengadu saat susah.
Hingga kini, sampai aku telah cukup tua ini, aku tak tahu apa yang mungkin pernah membanggakannya yang telah kulakukan. Aku cuma pernah melihatnya cukup bersemangat saat aku wisuda sarjana dulu. Selain itu aku tak sempat mengamatinya.
Saat-saat ingat ibu, yang sering terkenang di pikiranku adalah bahwa aku lebih sering menyusahkannya daripada membuatnya senang. Begitu banyak pelajaran yang beliau ajarkan, petuah yang diberikan, kasih sayang yang dilimpahkan, serta pengorbanan yang dilakukan. Maafkan aku ibu. Aku belum pernah membanggakanmu.
0 komentar:
Posting Komentar